“…dan sebaik-baik teman duduk sepanjang masa adalah buku.”
(Dr. ‘Aidh bin Abdullah al-Qarni)
Salah satu yang memengaruhi pola pikir dan cara pandang kita
terhadap sesuatu adalah buku, tidak jarang kita mendapat inspirasi atau
pengaruh baru dari sebuah buku yang kita baca hingga akhirnya kita bisa
mengaplikannya pada kehidupan.
Dulu waktu kecil, Pira suka banget baca-baca buku lucu kaya majalah Bobo, komik paman gober, atau bahkan doraemon, memasuki usia remaja mulai mengenal majalah, bahkan Pira merupakan pembaca setia tabloid Fantasi, ada yang ingat?? Salah satu surga dunianya Pira ya toko buku, Pira bakal anteng deh berlama-lama di toko buku.
Sampai pernah kepikiran, “Wah asyik juga ya kalo kerja di salah satu penerbitan!”
Alhamdulilah doanya terkabul, Pira pernah mencicipi bagaimana serunya bekerja di salah satu penerbit nasional yang ada di Indonsia sebagai coder dan asisten peneliti.
Makin kesini kecintaan Pira terhadap buku gak pernah luntur, bahkan malah terus berkembang seperti jamur di musim hujan.
Berkunjung ke Kafe Sastra
Dulu waktu kecil, Pira suka banget baca-baca buku lucu kaya majalah Bobo, komik paman gober, atau bahkan doraemon, memasuki usia remaja mulai mengenal majalah, bahkan Pira merupakan pembaca setia tabloid Fantasi, ada yang ingat?? Salah satu surga dunianya Pira ya toko buku, Pira bakal anteng deh berlama-lama di toko buku.
Sampai pernah kepikiran, “Wah asyik juga ya kalo kerja di salah satu penerbitan!”
Alhamdulilah doanya terkabul, Pira pernah mencicipi bagaimana serunya bekerja di salah satu penerbit nasional yang ada di Indonsia sebagai coder dan asisten peneliti.
Makin kesini kecintaan Pira terhadap buku gak pernah luntur, bahkan malah terus berkembang seperti jamur di musim hujan.
Berkunjung ke Kafe Sastra
Kongkow seru sambil menatap mesra berbagai macam buku, ditambah sinyal wifi yang cukup cepat, siapa yang mau? Kalau lagi beruntung bahkan kamu bisa bertemu aktor/aktris yang sering wara-wiri di layar lebar, ssst usut punya usut banyak juga loh dari mereka yang suka menepi di perpustakaan Balai Pustaka, ada yang memang karena kecintaannya terhadap sastra dan ada pula yang membaca buku untuk mendalami peran untuk layar lebar.
Pira jamin tempat ini adalah surga bagi para pencinta literasi atau tempat yang nyaman untuk sekedar melepas penat dari bisingnya Jakarta. Lokasinya di Jalan Bunga No.8-8A Jakarta Timur, kalau naik kereta tinggal turun di stasiun Manggarai lalu lanjut dengan ojek online, ketik aja “PT. Balai Pustaka”
Buku-buku ini sudah termakan usia, namun masih ada di Perpustakaan Balai Pustaka |
Beruntung banget saat Pira kesana bisa ngobrol-ngobrol asoy di kafe sastra bareng Ibu Refita Mery (General Manager Content Development Balai Pustaka), sekalian ngenalin buku baru yang akan terbit, iya emang sudah jadi rahasia umum kalau Balai Pustaka biasanya menerbitkan buku dengan isi yang agak “berat”. Tunggu sampai kalian lihat foto berikut ini.
Dalam
Buku serial Toponim “Asal-usul Nama Kota Pantai di Sulawesi” ini, Kamu dapat
mengetahui kisah asal-usul dari 17 nama kota pantai di Pulau Sulawesi. 17 kota
tersebut merupakan perwakilan dari 6 provinsi yang ada di Sulawesi. Baikkota
yang sudah memiliki nama besar seperti Makassar, Manado, Mamuju, dan Kendari,
hingga kota lain seperti, Kema, Bitung, Bantaeng, Majene, Buton dan masih
banyak lagi.
Kali ini buku yang diterbitkan berupa tentang asal-usul nama kota pantai di
Sulawesi, sengaja dibuat fun dan
penuh warna, karena memang targetnya untuk anak-anak usia SMP, tapi tetap
bermanfaat kok dibaca sama orang dewasa apalagi ilustrasinya juga bikin betah melahap
halaman demi halamannya.
Di Pulau Sulawesi ada kisah unik lain
tentang penamaan kota-kota pantai. Ada kota yang penamaannya ternyata berasal
dari kesalahpahaman orang lokal yang mencoba menjawab pertanyaan orang asing.
Ada yang namanya terinspirasi dari nama tanaman. Ada juga yang penamaannya
berasal dari kisah mitologi setempat.
Buku ini ditulis ulang dan dibubuhi ilustrasi oleh tim @kamadig_nusantara karena buku asli dari judul yang sama berisi full teks book, tujuannya agar menarik minat pembacanya, apalagi ini erat kaitannya dengan sejarah dan budaya Indonesia. Pasti bosan dan bikin mata cepat lelah untuk para generasi mileneal kalau disuguhi buku macam begitu muehehe. Harapannya, anak-anak penerus bangsa mau melanjutkan semangat literasi agar pengetahuan akan sejarah bangsa ini tidak mati. Karena sesungguhnya sejarah adalah pondasi guna membangun pilar sejarah baru.
Buku ini ditulis ulang dan dibubuhi ilustrasi oleh tim @kamadig_nusantara karena buku asli dari judul yang sama berisi full teks book, tujuannya agar menarik minat pembacanya, apalagi ini erat kaitannya dengan sejarah dan budaya Indonesia. Pasti bosan dan bikin mata cepat lelah untuk para generasi mileneal kalau disuguhi buku macam begitu muehehe. Harapannya, anak-anak penerus bangsa mau melanjutkan semangat literasi agar pengetahuan akan sejarah bangsa ini tidak mati. Karena sesungguhnya sejarah adalah pondasi guna membangun pilar sejarah baru.
Nah bagi spot hunter buat foto di instagram! tenang di Balai Pustaka ini ada taman yang cukup luas, bisa buat
foto atau baca buku di sana ditemani sama semilir angin yang syahdu! Mau lebih tenang dan ditemani gemercik air? Gak jauh
dari taman ada kolam ikan dan ada saung dijamin bikin nongkrong kamu makin
betah.
Mengunjungi ruang kerja, ditemani Refita Mery (General Manager Content Development Balai Pustaka) |
Di Balai Pustaka selain ada kafe sastra, pengunjung juga diperbolehkan loh
melihat-lihat ruang kerja bahkan masuk ke perpustakaanya dan melihat-lihat
koleksi buku yang terbit sebelum masa kemerdekaan. Karena Balai Pustaka juga
telah dinobatkan menjadi Museum Galeri dan Monumen oleh Dinas Pariwisata.
Jadi keren ya, konsepnya... Di perpustakaan ada cafenya. Makin nyaman banget buat baca. Soalnya, di perpustakaan aku sendiri suka ngerasa kaku dgn penuhnya buku.
ReplyDeleteMakanya, semoga semakin banyak perpustakaan yang seperti ini.