Beberapa waktu lalu gue sempat hadir dalam event tahunan Aquatica Asia & Indoaqua 2018 yang digelar 28-30 November di Jiexpo Kemayoran. Gue juga beruntung banget karena bisa ikutan konferensi pers yang dihadiri oleh Direktorat Jenderal Budidaya Kementrian Kelautan Perikanan (KKP), Slamet Soebjakto.
Direktorat Jenderal Budidaya Kementrian Kelautan Perikanan (KKP), Slamet Soebjakto (keenam dari kanan) |
Kinerja Makro Ekonomi
Nah sekalian nih gue juga mau membeberkan kinerja Makro Ekonomi perkembangan Perikanan budidaya selama 5 tahun terakhir (2013-2017) tumbuh rata-rata sebesar 4,97 persen/tahun. Tahun 2017 produksi perikanan nasional tercatat 16.114.991 ton, atau naik 0,74 persen dari tahun 2016 yang mencapai 16.002.319 ton
BPS (Badan Pusat Statistik) mencatat sepanjang 5 (lima) tahun terakhir (2013-2017) nilai ekspor perikanan budidaya tumbuh rata-rata pertahun sebesar 5,24 persen. Tahun 2017 ekspor perikanan budidaya tercatat sebesar 1,83 milyar USD atau naik 13,47 persen dibanding tahun 2016. Kinerja positif ini patut menjadi titik tolak dalam mendorong ekspor perikanan budidaya nasional, sehingga secara langsung berkontribusi lebih besar lagi terhadap pertumbuhan ekonomi.
Indonesia juga berhasil membuka peluang pasar di Timur tengah yang saat ini kebutuhannya cukup besar yakni sebanyak 50.000 ton – 60.000 ton. Indonesia saat ini juga sedang branding patin nasional (selama ini dikenal dengan nama dori) dengan nama INDONESIAN PANGASIUS.
Udang juga masih menjadi komoditas utama yang dikembangkan untuk ekspor.
KKP telah melakukan pooling preference kepada konsumen di beberapa negara untuk
mengetahui pilihan konsumen terhadap jenis udang yang disukai. Konsumen di Jepang lebih menyukai udang
monodon, kemudian merguensis, dan selanjutnya vaname. Sedangkan di Indonesia, monodon masih menjadi
primadona pasar.
Kinerja Mikro Ekonomi
Kinerja Mikro Ekonomi
Indikator ekonomi mikro sub sector perikanan budidaya sepanjang tahun 2018
terus memperlihatkan kinerja yang positif, hal ini dapat dilihat dari
pertumbuhan Nilai Tukar Pembuidaya Ikan (NTPi) dan Nilai Tukar Usaha
Pembudidaya Ikan (NTUPi) tumbuh positif dibanding periode yang sama tahun 2017.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan tren
perkembangan NTPi hingga Oktober tahun 2018 tumbuh rata-rata sebesar 0,29
persen per bulan. Tercatat periode Oktober 2018 nilai NTPi sebesar 101,89 atau
naik 2,38 persen dibanding periode yang sama tahun 2017 yang mencapai 99,52.
Begitu halnya dengan NTUPi, BPS juga mencatat selama periode yang sama
sepanjang 2018 tumbuh positif, dengan rata-rata pertumbuhan mencapai 0,29
persen. Bulan Oktober 2018, nilai NTUPi tercatat sebesar 114,31 atau naik 3,68
persen dibanding tahun 2017 yang mencapai 110,25.
NTPi merupakan rasio antara indeks yang diterima pembudidaya ikan dengan
indeks yang dibayarkan. Jika melihat tren pertumbuhan NTPi yang positif
sepanjang tahun 2018, dengan nilai lebih besar dari 100 menunjukkan bahwa ada
perbaikan struktur ekonomi masyarakat pembudidaya ikan. Struktur ekonomi
tersebut yakni peningkatan pendapatan yang berdampak pada perbaikan daya beli
masyarakat pembudidaya ikan, utamanya teradap akses kebutuhan dasar. Nilai NTPi
yang positif sebesar 101,89 juga berpengaruh terhadap saving ratio, sehingga
memungkinkan para pembudidaya ikan meningkatkan kapasitas usahanya melalui
re-investasi.
Gak cukup hanya di event Aquatica Asia & Indoaqua, tanggal 2 Desember
2018, gue kembali menyambangi booth KKP di alun-alun kota Tangerang, pada event
SAIK 2018 (Sinergi Aksi Informasi
& Komunikasi Publik).
Banyak juga informasi yang gue dapet saat mampir ke booth KKP salah satunya
kebijakan mengenai IUUF yang sempat dijelaskan oleh Budi Ichan Nasution selaku Kepala Subbagian Hubungan
Lembaga.
Budi Ichan Nasution selaku Kepala Subbagian Hubungan Lembaga |
Apa itu IUUF?
IUUF (Illegal, Unreported, Unregulated Fishing) adalah penangkapan ikan ilegal, tidak dilaporkan dan tidak diatur oleh peraturan yang ada.
Para blogger foto bareng dulu nih, mumpung ketemu Pak Budi (batik merah) |
Indonesia merupakan salah satu negara produsen ikan terbesar di dunia, tapi sayangnya Indonesia bukan negara eksportir ikan
terbesar. Makanya ada Target ekspor ke depan, yang akan digenjot yakni Catfish. Hal
ini untuk untuk mengambil alih pangsa pasar patin dunia yang sebelumnya hamper
80 persen dikuasai Vietnam. Saat ini produk patin Vietnam tengah di embargo
oleh negara-negara importir. Kebutuhan patin dunia sebesar 700.000 ton,
sehingga Indonesia memiliki peluang untuk mengambil alih supply share patin
Vietnam di pasar global hingga mencapai lebih kurang 570.000 ton.
Selain itu program gerakan pakan mandiri yang terus dikembangkan di
sentral-sentral produksi juga telah memberikan efek besar dalam menekan biaya
produksi budidaya. Nilai NTUPi sepanjang tahun 2018 yang tumbuh positif,
menjadi indikasi bahwa kegiatan usaha budidaya ikan semakin efisien dan telah
memberikan nilai tambah lebih besar.
Serunya Booth KKP dengan banyak informasi yang disampaikan melalui berbagai macam games |
No comments:
Post a Comment
Naek ke Genteng pake baju batik
batiknya dibeli di pulo gedong
Abang Ganteng dan Mpok yang cantik
kalo udah baca jangan lupa kasih KOMEN doonk