Indonesia memang
berbeda, namun dalam kehidupan nyata, kita harus bisa mengamalkan bagaimana
kita saling menerima dan bersatu dalam perbedaan yang ada.
[Bramantyo Djohanputro, Direktur Eksekutif PPM]
[Bramantyo Djohanputro, Direktur Eksekutif PPM]
Udah
lama rasanya gue gak ke bioskop menikmati alur cerita lewat karya seni gambar
bergerak dan suara. Seinget gue terakhir pergi nonton pada bulan Maret lalu,
menonton drama komedi dari kisah nyata Ayudia Bing Slamet dan Dito lewat film
Teman Tapi Menikah.
Kemudian
beberapa hari setelah peringatan hari lahirnya pancasila (yang jauh setiap 1
Juni setiap tahunnya), PPM Manajemena ngadain nonton bareng untuk ngerayain
hari pancasila, film yang dipilih pun bukan genre gue banget yang terbiasa
dengan drama komedi romantic, atau film super hero.
LIMA
itu judul filmnya, film besutan Lola Amaria ini memang cukup mengiris rasa
empati gue, gimana enggak?! Dikisahkan ada satu keluarga memiliki 3 orang anak,
Fara, Aryo dan Adi yang dibesarkan dengan dua agama berbeda di dalam keluarga,
namun tetap saling mendukung dan juga rukun untuk sama-sama saling menghormati
kepercayaan yang dianut masing-masing.
Pira nontonnya ramean kok sama mereka |
Hati
gue terenyuh ketika Ibunda mereka yang seorang muslim meninggal dunia, namun
Aryo ragu untuk ikut mengantarkan jenazah Ibunda ke liang lahat, karena
kepercayaan yang dianut berbeda dengan ibunya dan juga risih melihat pandangan
para kerabatnya. Tapi kalo dilihat dari kemanusiaan, bukankah Aryo juga punya
hak untuk mengantarkan sang Ibu ke tempat peristirahatan terakhir sebagai bakti
seorang anak?
Lewat adegan lain, film
ini tuh banyak banget menyampaikan pesan-pesan moral terselubung, dan bila kita
cerna secara bijak, seperti menorehkan rasa bersalah karena banyak dari kita
yang belum bisa menerapkan nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Atau
bahkan malah belum bisa membiasakan berempati dengan perbedaan yang jelas-jelas
ada di depan mata, termasuk isu SARA maupun hukum dan keadilan yang memang
sangat sensitif.
Salah satu pemeran utama film LIMA,chakeep yak |
Makanya sebagai lembaga
pendidikan PPM Manajeman tuh pengen banget mengajak generasi muda untuk mengimplementasikan
kembali nilai pancasila pada kehidupan sehari-hari. Sesuai dengan acuan
cita-cita para pendiri PPM Manajemen untuk mengembangkan ilmu manajemen di
Indonesia berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Hal tersebut sejalan dengan visi
PPM yang berdiri sejak tahun 1967, dari dulu PPM memang fokus untuk ikut serta
dalam menjaga keutuhan bangsa dan Negara dengan mengusung nilai-nilai pelopor,
luhur, unggul dan santun dalam sumbangsih bagi bangsa Indonesia.
Banyak pesan positif
yang menggugah rasa kemanusiaan, setelah nonton film ini seperti diingatkan
lagi terhadap nilai-nilai toleransi antar umat beragama dalam menjalani ibadah.
Nilai keadilan, musyarwarah, nilai persatuan dalam menjunjung tinggi harkat dan
martabat bangsa, bahkan kalau bisa sebagai putra dan putri pertiwi, kita ikut berprestasi
dengan kemampuan yang kita miliki untuk sama-sama mengharumkan Indonesia.
Bagaimana caranya? lakukanlah
hal-hal positif sesuai dengan pancasila seperti muyawarah, menghargai pendapat
orang lain, kejujuran, menjaga toleransi umat beragama, dimulai lewat lingkaran
masyarakat terkecil yang kita miliki alias keluarga. Jika kita sudah terbiasa
melakukannya Insya Allah kebiasaan tersebut akan terbawa dan terus berkembang
dalam kehidupan bermasyarakat dimanapun kita berada.
Makasih piraa...besok kita Nobar lagi yaa...
ReplyDeleteLima ini masih ada di bioskop gak sih? Kemaren gue cek soalnya banyaknya incredible sama ocean's 8 doang. Huhhuhu. Kalo film indo liatnya insya allah sah sama target sama film hantu. :(
ReplyDelete