Untuk generasi 90an, pernah
gak kalian sesekali nonton acara lawak “ketoprak
humor” yang tayang di RCTI? Jujur gue
kangen banget sama lawakan yang dibalut dengan
musik dan juga seni tari budaya Jawa. Gue rasanya kok mumet yah sama suguhan
acara lawak yang kian hari makin gak mendidik dengan komedi slasptick atau isu pelakor yang adegannya
goda-godain pasangan orang, oh GOD
seriously?!
Rasa rindu gue mulai
terobati dengan adanya pagelaran “Misteri
Istana Songgoriti” yang digelar pada minggu 11 Maret 2018 di Graha Bakti
Budaya, Taman Ismail Marzuki. Sebelumnya gue mau ngejelasin apa itu ludruk?
Ludruk merupakan pertunjukan seni
teater tradisional yang berasal dari Jawa timur. Biasanya
dipentaskan oleh satu grup kesenian kebetulan lakon ludruk “Misteri
Istana Songgoriti” dibawakan oleh Paguyuban Genaro
Ngalam.
Paguyuban Genaro
Ngalam didirkan tahun 1985 berawal dari sekumpulan mantan siswa-siswi bahkan mahasiswa-mahasiswi yang pernah
bersekolah di kota Malang, Jawa Timur dan saat ini tinggal di Jakarta. Orang-orang
Genaro Ngalam tersebut sama-sama merasakan kangen kumpul, makanya mereka membuat
suatu kegiatan Pagelaran Ludruk Genaro Ngalam dengan Lakon Misteri Istana
Songgoriti, dengan harapan dapat mempererat silaturahmi, menjalin persaudaraan
mereka sesuai dengan semboyan GUYUB, GUYON, dan GEMBIRA.
Cerita yang dibawakan
pada pementasan ludruk biasanya merupakan cerita rakyat sehari-hari yang
diselingi dengan lawakan, bahkan kritik sosial. Kesenian ini sangat popular di
Jawa timur dan menjadi salah satu warisan kesenian tradisional yang masih ada
hingga sekarang.
Kesenian Ludruk sekilas hampir sama dengan kesenian ketoprak. Yang membedakan kesenian Ludruk dan ketoprak adalah cerita yang dibawakannya.
Kesenian ketoprak sendiri biasanya
mengangkat cerita tentang kehidupan istana atau cerita legenda. Berbeda dengan
kesenian Ludruk yang biasanya mengangkat cerita tentang kehidupan masyarakat
sehari-hari dan di selingi dengan lawakan dan kritik sosial.
Ludruk juga berperan loh dalam merebut kemerdekaan, karena jaman dulu
ludruk dijadikan salah satu cara dalam menyampaikan kode-kode rahasia yang
tidak dimengerti oleh penjajah (masa pendudukan Jepang). Loh gimana caranya?
Saat itu ludruk dipentaskan dengan bahasa daerah yang pengucapannya
dibalik/walikan (contoh : lucu menjadi
ucul), nah di masa perjuangan bahasa walikan adalah sarana
menyampaikan pesan-pesan penting yang
tidak dipahami oleh lawan.
Nah kalo ludruk jaman now
dijadikan salah satu sarana sosialisasi pemerintah maupun berbagai pihak
lainnya dalam menyampikan pesan-pesan bagi masyarakat yang diselipkan di antara
dialog ringan para pemain, sehingga mudah diserap oleh semua kalangan. Saat
Mbok Senik dan rombongan menyerahkan buah tangan untuk acara pernikahan Sayekti dan puternya Sendowo |
Lakon Misteri Istana
Songgoriti benar-benar ludruk jaman now, pasalnya saat
pembukaan pentas diselipkan lagu “sayang” dari Via Valen bukan dengan koplo
tentunya heheh, kali ini lagu tersebut dibawakan dengan apik ditemani tabuhan
gamelan dan gong khas budaya jawa.
Ceritanya sendiri mengisahkan Sayekti yang akan menikah oleh Sendowo,
diculik oleh siluman Raja Bandhit Mayit satu hari menjelang pernikahannya. Desa
Sendangwangi pun menjadi gempar, orang tua Sayekti akhirnya pergi menemui Nyi
Rempah Wangi untuk mendapatkan petunjuk keberadaan Sayekti.
Menyambangi Nyi Rempah Wangi untuk mencari tahu keberadaan Sayekti |
Nyi Rempah Wangi berujar “bahwa siapapun jika ingin menemukan dan
menyelamatkan Sayekti, ia harus berpuasa
dan bertapa patigeni selama 40 hari lamanya.”
Gue pikir kan yah, si Sendowo yang bakal nyelametin Sayekti eh ternyata
malah emaknya Sendowo yang nyelametin, alias calon Ibu Mertua Sayekti yang
bernama Mbok Senik. Karena ternyata menjelang pernikahan anaknya Mbok Senik
telah melakukan puasa.
Seyekti akhirnya selamat dan menikah dengan Sendowo, cuma Mbok Senik yang gak selamet, ugh! Ku syedih! Kenapa gak Happy Ending aja sih?!
Jarang lihat Ludruk. Tapi kalau acara ketoprak masih sering rutin disiarin TVRI, soalnya kalau gak sengaja kepencet saluran TVRI pasti ada ketoprak diiringi komedi :) Tapi dialognya pake bahasa Jawa semua, kalau orang yang gak mudeng bahasa Jawa tau deh paham gak nyimaknya :D
ReplyDeleteMasih nggak abis pikir sih emang ya kenapa harus calon ibu mertuanga yg nyelamatin. Bukannya si pasangannya itu. Hhhh.
ReplyDelete