Wonderful Life, Karena Semua Anak Terlahir Sempurna

Anak itu anugerah Tuhan yang paling indah, bentuk kasih sayang dari sepasang manusia yang saling mencintai, tapi bagaimana bila titipan Tuhan tersebut memiliki keunikan yang tidak dimiliki oleh anak lain pada umumnya?

Yup tema inilah yang coba diusung oleh film Wonderful Life besutan sutradara Agus Makkie, film yang juga diangkat dari Novel berjudul sama karya Amalia Prabowo ini merupakan kisah nyata yang dialami oleh penulis, tentang bagaimana menerima dan mencoba bertarung melawan kenyataan bahwa anak semata wayangnya bernama Aqil yang diperankan oleh Sinyo merupakan pengidap diseleksia.

Prestasi Aqil di sekolah merosot dan terancam gak naik kelas, hal yang paling Aqil senangi ketika dikelas cuma menggambar dan berolah raga, tapi tentu dua mata pelajaran tersebut  Gak akan mampu mengantarkan Aqil untuk naik kelas.

Sebagai seorang wanita karir yang sukses Amalia yang diperankan oleh Atiqah Hasiholan berupaya mendatangi beberapa therapist dan rela menggelontorkan banyak uang demi mengobati Aqil.

Gue gak nonton sendirian kok, ini ditemenin sama Tas

Tapi sayang, ternyata berapapun nominal uangnya tidak mampu membuat para therapist untuk membuat Sinyo menjadi anak pada umumya seperti yang diinginkan oleh Amalia.

Eiits! Bukan Amalia namanya jika menyerah begitu aja, gak puas dengan saran dari Therapist, Amalia mencari jalan lain dengan mendatangi pengobatan alternative, mulai ke pengobatan herbal sampai pergi ke Pedalaman untuk menemui Mbah Dukun yang sakti, tapi belum sempat Aqil disembuhkan oleh Mbah Dukun, Amalia dan Aqil melarikan diri dari rumah dukun tersebut, kenapa? Hehe silahkan nonton filmnya yah yang akan tayang tanggal 13 Oktober 2016.

Amalia dan Aqil malah masuk dalam petualangan yang mendebarkan sebagai Ibu dan anak, namun Aqil malah sangat menikmati momen-momen ini bersama Amalia tanpa pernah mengeluh dengan segala kesulitan dan hal-hal yang menguras emosi Amalia. Ditambah lagi kantor tempat Amalia bekerja sedang ada Projek besar Le Home, kebayangkan carut-marutnya Amalia berada diposisi yang sangat tertekan.

Namun justru dalam kondisi tersebut Aqil merasa sangat dekat dengan Ibunya dan tanpa sadar Aqillah yang membuat Amalia merasa keberadaan Aqil sangat berarti untuknya sebagai penyulut api semangat yang selama ini diabaikan.

Banyak kejadian lucu yang juga menyentuh dalam Film ini, di ending film gue sempet rada-rada mewek gitu hahaha! Ah Pira mah emang cengeng! Saran gue sih bawa tissue kalau mau nonton film ini. 

Film ini juga mengajarkan kita bahwa uang bukan satu-satunya cara untuk menyembuhkan suatu penyakit, tapi dukungan dan keberadaan orang-orang terdekat seperti Ibu adalah obat yang paling mujarab untuk mengubah keunikan seperti Diseleksia yang dialami oleh Aqil menjadi hal-hal yang positif, kenapa? “Karena setiap anak yang lahir itu sempurna”.

Akhirnya ketemu teman pas makan siang, Belakang : Mas Aci, Mbak Wulan

Depan : Aris, Gue, Bela

Mau tahu hal-hal apa saja yang dilakukan Amalia bersama Aqil selama perjalanan mencari pengobatan untuknya? Yuk deh buruan ajak temen atau seenggaknya cari partner buat nonton film ini, nonton rame-rame pasti lebih seru deh hehe.

Yeay foto sama Mbak Hasna, eh sama Mbak Atiqah

Pinjem Mas Rio bentar yah Mbak Atiqah

Makasih yang udah mampir, absen dulu biar bisa dikunjungi balik